Sendiri di ambang pagi. Sama seperti ambang pagi di tujuh purnama lalu. Dan di keheningan ini aku tetap menantimu. Sekalipun seperti ambang pagi yang lalu-lalu itu, kau tetap tak kunjung tiba. Aku tak hendak mengutuki ingkarmu meski janjimu seteguh candi saat kau ikrarkan padaku. Bagiku ketakhadiranmu kini hanyalah kebisuan yang sama seperti saat kunyatakan cinta padamu. Anggukan lembut kepalamu sebulat hatimu, kutahu itu. Dan airmata harumu seirama dendang cinta yang kulagukan untukmu, kupahami juga itu. Tapi mengapa ingkarmu di ambang pagi ini sama persis rasanya seperti ambang pagi yang lalu-lalu itu...perih, pedih...sunyi?
Kuakui, hanya kenangan-kenangan tentangmu kini yang menari indah di kepalaku; senyum dan tawamu, ceriwis ucapan-ucapanmu, gerak lincah langkah-langkahmu, semerbak harum rambutmu, dan...bisik manjamu...mengingatkan aku pada gemerisik daun bambu dan dentang pintu kereta di kejauhan itu...selalu!
Ah, ambang pagi inipun nyaris punah oleh lelah hati dan datangnya mentari. Kerinduan ini biarlah jadi milikku sendiri. Kan kudekap bersama lelah dan penat hati, bersama kenangan usang dirimu di ambang pagi yang hampir habis ini...biarlah kau menjadi mimpi dan hiasi kekosongan jiwaku dalam tidur siang ini.
Asmara Gt.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anda tertarik? Mau membahas? Atau mau mengkritik? Silahkan tuliskan apa saja di kolom komentar ini.